Gas: Makna dan Tren Komunikasi

Rara Rezky Setiawati
Widyabasa Ahli Pertama Balai Bahasa Provinsi Maluku

Munculnya ide atau gagasan baru tentu memerlukan sebuah kata untuk menampung maknanya. Sebuah kata dan makna akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan dinamika sosial dan budaya. Tidak bisa dimungkiri bahwa kata akan memiliki makna yang berbeda bergantung pada konteks atau situasi yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu, memahami makna kata dalam suatu konteks sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Namun, akhir-akhir ini banyak kata yang memiliki makna berbeda atau memiliki cakupan makna yang lebih luas daripada makna aslinya. Hal tersebut dapat menyebabkan sebuah kata mengalami perubahan atau perkembangan makna. Perubahan atau perkembangan makna pada kata merupakan fenomena kebahasaan yang akan terus terjadi. Pada umumnya, fenomena itu muncul dari kreativitas generasi muda yang beradaptasi dengan perubahan budaya.

Maharani dkk. (2025) dalam artikel jurnal ”Kebudayaan Gen Z: Kekuatan Kreativitas di Era Digital” menyampaikan bahwa generasi Z menghadirkan perspektif baru di berbagai bidang melalui kreativitas mereka. Dengan gagasan-gagasan inovatif, mereka berkontribusi pada lahirnya berbagai terobosan di berbagai bidang. Selain itu, kreativitas juga menjadi wadah bagi mereka untuk mengekspresikan diri dalam membawa perubahan dan inovasi sesuai dengan budayanya.  Hal itu menunjukkan bahwa kreativitas generasi muda dalam menciptakan atau mengubah sebuah kata dan makna dirasa perlu agar lebih relevan dengan konteks budaya saat ini. Kata dan makna tersebut muncul dan menyebar cepat, utamanya di media sosial. Selain itu, hal ini menjadi wadah untuk mempererat hubungan, terutama dalam ruang digital. Dengan demikian, kondisi tersebut tidak sekadar digunakan di kalangan generasi muda, tetapi dapat juga memengaruhi pola komunikasi semua generasi. Di antara banyaknya kata yang sering digunakan di media sosial, ada satu kata populer yang sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari, yaitu gas. 

Kata gas merupakan kata yang populer di semua kalangan, utamanya di kalangan generasi muda saat ini. Kata tersebut sering digunakan dan memiliki makna yang beragam bergantung pada konteksnya. Dengan demikian, kata gasmencerminkan proses kata tersebut yang memiliki makna yang lebih luas dan beragam jika dibandingkan dengan makna aslinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi VI, kata gas memiliki makna (1) ’zat ringan yang sifatnya seperti udara (dalam suhu biasa tidak menjadi cair)’, (2) ’uap dari bensin (bensol dan sebagainya)’, dan (3) ’tingkat wujud zat yang molekul-molekulnya bergerak bebas sehingga seluruh massa cenderung mengembang dan menempati seluruh volume wadahnya’. Namun, kata tersebut mengalami perubahan makna dalam komunikasi sehari-hari. Kata tersebut tidak dimaknai lagi sesuai dengan makna aslinya. Perubahan tersebut terjadi secara alami dalam bahasa Indonesia sebagai respons terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan komunikasi generasi muda, bahkan merambat ke semua kalangan. Sejalan dengan hal itu, Chaer (2010) dalam buku Perluasan Makna Kata dan Istilah dalam Bahasa Indonesia mengatakan bahwa fenomena yang terjadi pada suatu kata atau leksem yang semula memiliki satu makna, tetapi kemudian berkembang menjadi berbagai makna akibat beragam faktor. 

Dalam komunikasi sehari-hari, kata gas biasanya dimaknai sebagai bentuk ajakan atau dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, (1) “Besok, kita ke tempat ini, ya? Kata temanku, makanannya enak.”, “Gas.”, (2) “Besok libur, kita gas ke pantai, yuk!”, (3) “Mau beli gorengankah?”, “Gas.”. Pada contoh (1) dan (3), kata gas dapat disejajarkan dengan ayo/lakukan saja, sedangkan contoh (2) gas dapat disejajarkan dengan jalan-jalan. Dari contoh yang telah dijelaskan, penggunaan kata gas memiliki makna yang lebih luas dan kontekstual jika dibandingkan dengan makna aslinya. Kata gas menunjukkan proses makna konotatif (nilai rasa) yang berkembang dari makna denotatif (makna asli) berdasarkan konteks penggunaannya dalam komunikasi generasi muda saat ini. Komunikasi yang digunakan menunjukkan fleksibilitas dalam penggunaan kata sesuai dengan kebutuhan sosial dan budaya. Dari contoh tersebut, generasi muda lebih kreatif dalam berkomunikasi sehingga pola komunikasi mereka cenderung lebih santai dan ekspresif.

Kreativitas generasi muda dalam mengubah kata dan makna yang ekspresif merupakan bagian dari dinamika bahasa yang terus berkembang. Karakteristik yang diciptakan oleh generasi muda menunjukkan bahwa kecenderungan dalam berkomunikasi/berbahasa sangat dinamis dan fleksibel. Para generasi muda saat ini tidak ragu dalam menambahkan makna pada sebuah makna kata yang sudah ada. Tidak bisa dimungkiri bahwa kata tersebut membawa perubahan sekaligus memperkaya bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kebutuhan generasi muda terhadap kata yang mewadahi konsep baru di kalangan generasi muda dapat memperluas dan memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seventeen + two =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Scroll to Top