Vonnita Harefa, S.S.
Penyuluh di Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Berbicara adalah salah satu bentuk interaksi yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk sosial di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah manusia yang berhubungan secara timbal balik dengan manusia lain. Tentu hubungan timbal balik tersebut akan harmonis jika masing-masing manusia saling mematuhi aturan sopan santun.
Salah satu hubungan timbal balik yang dimaksud adalah berbicara. Pembicaraan akan semakin lancar apabila petutur dan lawan bicara memahami kondisi satu dengan yang lain. Pilihan kata menjadi hal yang tepat untuk menyampaikan sebuah pesan. Semakin baik pilihan kata maka pesan tersebut semakin mudah dimengerti. Ada beberapa kriteria pemilihan kata, seperti ketepatan, kecermatan, dan keserasian (Mustakim 2016: 49). Ketepatan berhubungan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan hal yang ingin disampaikan sehingga pesan dapat diterima secara utuh oleh lawan bicara. Ketepatan kata dapat menghasilkan nilai rasa yang berbeda. Jika nilai rasa bersifat negatif, lawan bicara dapat tersinggung atau tidak nyaman dengan pembicaraan tersebut atau sebaliknya. Perlu adanya nilai kesopanan agar komunikasi dapat berjalan dengan nyaman tanpa menyinggung satu dengan yang lain.
Sopan santun diperlukan dalam berbicara. Ketiadaan sopan santun dapat menimbulkan konflik berbahasa. Untuk menghindarinya dibutuhkan pilihan kata yang baik. Jika pemilihan kata sudah baik, tetapi tidak mengandung sopan santun, konflik kebahasaaan tidak dapat dihindari. Kesantunan dalam bertutur juga dipengaruhi oleh kebudayaan di sekitar petutur karena setiap tuturan tidak terlepas dari konteksnya. Kesantunan harus disesuaikan dengan harapan masyarakat, seperti sikap hormat atau honorifik (Yayuk 2012:3).
Honorifik adalah ungkapan penghormatan yang dilakukan untuk menghormati lawan bicara. Meski dilihat secara sekilas perbedaan tersebut tidak tampak tetapi jika diperhatikan lebih jelas honorifik dan sopan santun mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari contoh berikut. Konteksnya ialah seorang pria berbicara kepada lawan bicaranya yang juga pria. “Berkenankah saya meminjam istrimu barang seminggu?” Kalimat tersebut tidak sopan karena kata istri mempunyai arti wanita yang sudah menikah dan memiliki suami sehingga istri tidak bisa dipinjam layaknya sebuah barang. Selain itu, kalimat tersebut tidak masuk akal karena pembicaraan tersebut dilakukan oleh sesama pria. Pembicaraan tersebut tidak sopan karena secara tidak langsung penutur seakan menampar wajahatau membuat malu lawan bicara.
Kesantunan berhubungan dengan wajahapabila pembicaraan tersebut menampar wajah lawan bicara, maka petutur tersebut bersikap tidak sopan. Kalimat tersebut bersifat tidak sopan, tetapi mengandung unsur honorifik. Unsur honorifik dapat dilihat dari kata berkenankah. Kata berkenankahtermasuk ungkapan penghormatan.
Honorifik menurut Kridalaksana dapat dipakai untuk menyatakan penghormatan yang digunakan untuk menyapa orang lain. Bentuk honorifik bahasa Indonesia dengan allternatif bentuk sapaan berupa istilah kekerabatan, kata ganti, dan nama jabatan (Syafruddin, Abdul Rahman Rahim hal 9). Contoh honorifik kalimat perintah dalam jurnal Honorifik dalam Tuturan Permintaan Anggota Legislatif Daerah di Indonesia “Tolong Pak Kadis tunjukkan datanya kepada saya karena yang Pak Kadis jelaskan itu masih normatif.”Kemudian dilanjut dengan tuturan ”Diperlukan adanya landasan teori dan penelitian lapangan sehingga peraturan (Perda) betul-betul dibutuhkan Pak Kadis.Konteks kalimat tersebut adalah anggota legislatif meminta penjelasan dengan disertai dasar pemikiran yang tertuang dalam naskah akademik.
Penjelasannya, percakapan tersebut menunjukkan hubungan yang sejajar dari anggota legislatif kepada pihak eksekutif (Dinas Sosial). Tuturan tersebut menggunakan kata tolongdan honorifik Pakdisertai nama jabatan Pak Kadis.Bentuk honorifik tersebut digunakan untuk menghormati lawan bicara yang walaupun terkesan tegas dalam meminta, tetapi tetap memiliki nilai kesopanan.
Contoh lain dapat dilihat dari bahasa Melayu Ambon. Bentuk honorifik kata ganti orang. Sebagian orang menyebut dirinya dengan sebutan nama dan sebagian lagi beta di Ambon.Ada beberapa alasan kenapa orang menyebut dirinya dengan sebutan nama. Alasan tersebut karena pengaruh keluarga, sudah akrab dengan lawan bicara, atau untuk menghormati lawan bicara yang usianya lebih tua. Pengaruh keluarga terjadi karena di dalam keluarga sudah menerapkan kata ganti tersebut sehingga tuturan yang dimaksud juga digunakan di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan organisasi, lingkungan kerja dan sebagainya. Akrab dengan lawan bicara juga menjadi alasan terjadinya kata ganti tersebut. Ketika seseorang sudah akrab, baik di usia yang lebih muda maupun sebaya, penggunaan kata ganti tersebut dapat digunakan. Alasan untuk menghormati orang yang usianya lebih tua juga dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti.
Honorifik tersebut terjadi untuk menghormati lawan bicara. Ketika petutur dan lawan bicara saling menghormarti, konflik berbahasa dapat dihindari. Hormat kepada lawan bicara dan bersikap sopan santun dapat membuat komunikasi menjadi lancar dan nyaman. Pesan dapat disampaikan secara utuh tanpa harus menampar wajahlawan bicara. Jadi, sudah honorifikkah kamu?