Bahasa untuk Jurnalistik

Vonnita Harefa, S.S.

Penyuluh di Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Artikel ini telah terbit di harian Kabar Timur

Berbahasa Indonesia yang baik dan benar masih sulit dipraktikkan. Kesulitan berbahasa dapat ditemukan baik secara lisan maupun tulisan. Kesulitan berupa kesalahan dalam menggunakan pilihan kata, tanda baca, dan intonasi membuat informasi tidak diterima secara utuh. Salah satu kesalahan tersebut dapat ditemukan dalam artikel, surat kabar, atau tulisan lainnya. Kurangnya kebiasaan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari menjadi kendala yang besar dalam membuat sebuah tulisan. Perbedaan intonasi, pilihan kata, dan tanda baca dapat menjadi masalah atau lelucon jika tidak digunakan dengan tepat.

Tengkorak Lagi Duduk Di Sofa Bikin Geger Warga Bandung,salah satu judul tulisan media massa daring. Judul tersebut mempunyai beberapa kesalahan. Pertama, tengkorak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian yang keras dan bertulang dari kepala dan berfungsi melindungi otak; tulang kepala; kranium. Pengertian tersebut tidak bisa mendukung bahwa subjek (tengkorak) bisa melakukan aktivitas duduk. Kata tengkorak harus diganti menjadi kerangka karena pengertian kerangka lebih tepat digunakan dalam judul tersebut. Perlu ditambahkan kata manusia untuk memperjelas judul karena selain kerangka manusia terdapat pula kerangka hewan. Kedua, kerangkatidak bisa melakukan aktivitas makhluk hidup seperti duduk. Apalagi ada kata lagi yang seakan-akan menyatakan subjek tersebut hidup. Kesalahan-kesalahan tersebut membuat judul tulisan tidak efektif. Judul dapat diubah menjadi Temuan Kerangka Manusia Duduk di Sofa Gegerkan Warga Bandung.

Wartawan sering gagal dalam mengolah informasi menjadi berita yang bernilai, menarik dan relevan. Melihat kondisi itu, Kantor Bahasa Provinsi Maluku melakukan peningkatan kompetensi berbahasa Indonesia untuk wartawan. Wartawan menjadi salah satu pemangku kepentingan dalam memberikan informasi. Informasi yang disampaikan harus sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kekurangan satu huruf, penggunaan tanda baca yang salah dapat mengubah informasi atau pembaca tidak memahami berita dengan benar. Oleh karena itu, kegiatan ini dirasa penting agar wartawan dapat menghasilkan tulisan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga informasi yang disampaikan diterima dengan tepat. Peserta yang hadir terdiri atas dua puluh lima media massa daring di Kota Ambon. Peserta disegarkan kembali dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Peserta mendapat materi tentang kalimat efektif. Kalimat efektif sangat mendukung wartawan dalam menulis berita. Kalimat yang singkat, jelas dan tepat sangat diperlukan dalam Bahasa Indonesia ragam jurnalistik. Kalimat yang singkat menghasilkan kalimat yang ringkas dan hemat kata. Kalimat yang jelas mudah dipahami khalayak sasaran dan kalimat yang tepat sesuai dengan kaidah bahasa. Selain materi, peserta juga dapat melakukan praktik berbahasa.

Dalam praktik tersebut masih ditemukan kesalahan wartawan dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Kesalahan berupa penggunaan kosakata yang tidak baku, pilihan kata yang tidak tepat. Seperti peserta menggunakan kata agardan supayasekaligus, penggunaan kata terdiri dari, menggunakan kata antri, ijin,dan kosakata tidak baku lainnya. Kata agar dan supaya digunakan dalam kalimat majemuk yang menyatakan tujuan atau harapan. Penggunaan kata tersebut tidak dapat digunakan secara bersamaan sedangkan kata antri, ijin termasuk kata tidak baku. Kata baku dari antri adalah antre dan ijin adalah izin.

Kegiatan ini diharapkan dapat membantu wartawan dalam menyusun tulisan. Tulisan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × four =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Scroll to Top