Memupuk Sikap Positif Generasi Muda Terhadap Bahasa Indonesia

Nita Handayani Hasan, S.S.

Staf Teknis Kantor Bahasa Maluku

Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara Indonesia yang keberadaannya sangat memengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia semestinya bersyukur terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Sejak awal keberadaannya, seluruh pemuda Indonesia telah bersepakat untuk mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia berhasil menjadi bahasa yang mampu mengungguli dominasi bahasa Jawa, dan menggantikan keberadaan bahasa Belanda. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan bangsa-bangsa bekas jajahan suatu negara. Bangsa-bangsa bekas jajahan memiliki kecenderungan mengadopsi bahasa negara kolonial yang dulu mendudukinya.

Para generasi muda saat ini semestinya mengetahui sejarah keberadaan bahasa Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta tanah air. Bahasa Indonesia resmi dideklarasikan sebagai bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda tahun 1928. Pada saat itu, seluruh pemuda dari Sabang sampai Merauke, bersepakat untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Para pemuda tersebut merupakan kaum-kaum terpelajar yang datang dari latar belakang bahasa dan suku yang berbeda-beda. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk bersepakat mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Para pemuda tersebut sadar bahwa bangsa Indonesia, yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan bahasa, harus memiliki satu bahasa persatuan untuk mempererat hubungan antar daerah.

Tidak dapat dimungkiri bahwa keberadaan bahasa Melayu merupakan cikal bakal keberadaan bahasa Indonesia. Bahasa Melayu telah ada di Indonesia sejak masa kerajaan Sri Wijaya dan Majapahit. Pada saat itu bahasa Melayu berhasil menggeser dominasi bahasa Sansekerta serta menjadi bahasa utama di Asia Tenggara khusunya di semenanjung Malaya dan sepanjang kepulauan nusantara.

Penyebaran bahasa Melayu di nusantara terjadi akibat adanya arus perdagangan. Selama ribuan tahun, para pedagang menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan masyarakat di pulau-pulau yang disinggahinya. Mereka melakukan pelayaran dan perdagangan mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Ambon, Ternate, dan pesisir barat Pulau Papua. Pada wilayah-wilayah tersebut, penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan menjadi populer. Masyarakat di wilayah-wilayah tersebut secara tidak sadar menerima bahasa Melayu dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Melayu yang berlaku saat ini telah mengalami perkembangan. Keberadaan bahasa Melayu dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu  bahasa Melayu Kuna, bahasa Melayu Klasik, dan bahasa Melayu Modern. Bahasa Melayu kuna digunakan pada masa sebelum 1400 M dan telah digunakan oleh masyarakat yang bermukim di daerah pesisir timur Sumatera, Semenanjung Malaya, dan pesisir barat Kalimantan. Bukti-bukti keberadaan bahasa Melayu Kuno diperoleh melalui prasasti-prasasti yang dituliskan menggunakan bahasa Melayu Kuno.

Bahasa Melayu Klasik dipakai pada 1400—1800-an M. Bahasa Melayu Klasik digunakan oleh para pujangga Melayu dalam karya-karyanya. Aksara yang digunakan yaitu aksara latin. Pada masa itu, ciri bahasa Melayuialah menggunakan pilihan yang panjang dan penuh kiasan.

Perubahan ciri kebahasaan dari periode bahasa Melayu Kuna hingga Melayu Modern dapat dilihat dari penyerapan kata yang digunakan, dan aksara yang digunakan dalam menulis. Pada bahasa Melayu Kuna, penyerapan kata berasal dari bahasa Sansekerta dan penggunaan aksara Pallawa serta Pre-Nagari dalam tulisan-tulisannya. Pada masa bahasa Melayu Klasik, bahasa yang paling sering diserap ialah bahasa Arab. Selain itu, aksara Arab juga paling dominan digunakan.

Ciri bahasa Melayu Modern dapat terlihat pada penyerapan bahasa asing dan penggunaan tulisan latin.  Para pedagang dari luar negeri menjadikan kosakata-kosakata asing turut masuk dalam bahasa Melayu. Munculnya kosakata-kosakata asing ke dalam bahasa Melayu menjadikan ciri berbahasa orang Indonesia berubah. Hal-hal yang tadinya disampaikan dalam kalimat yang panjang berubah menjadi kalimat yang lebih ringkas. Bahasa Melayu Modern kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia yang saat ini digunakan.

Keberadaan bahasa Indonesia di tahun 2000-an memiliki tantangan yang berbeda dengan asal mula keberadaannya. Bahasa Indonesia pada masa kini harus bersaing dengan keberadaan bahasa asing. Jika dilihat dari sejarah keberadaannya, bahasa Indonesia muncul dari adanya percampuran bahasa-bahasa lainnya. Mulai dari bahasa Sansekerta, Arab, hingga Belanda dan Portugis. Namun, pada akhirnya bahasa Indonesia tetap muncul menjadi bahasa yang mempersatukan bangsa Indoenesia.

Kemajuan di era teknologi dan kemudahan mengakses informasi secara tidak langsung dapat mengubah sudut pandang generasi muda terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Istilah-istilah asing (dalam bidang teknologi) yang diserap oleh generasi muda terkadang menjadi bumerang bagi keberadaan bahasa Indonesia. Istilah-istilah asing tersebut bahkan dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut menyebabkan keberadaan bahasa Indonesia kian terdesak.

Perbedaan sudut pandang antara pemuda-pemuda di tahun 1928 (pencetus lahirnya bahasa Indonesia) dan pemuda-pemudi di tahun 2000-an (pengkikis keberadaan bahasa Indonesia) terhadap bahasa Indonesia semakin terlihat jelas. Pemuda-pemuda di zaman 2000-an harus mempelajari dan mengetahui sejarah keberadaan bahasa Indonesia agar rasa nasionalisme terhadap negara dapat terus tertanam dan terpelihara.

Keberadaan bahasa asing bukan  hal yang tabu. Mempelajari bahasa asing merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk memosisikan keberadaan bangsa di tengah pergaulan internasional. Namun, hal tersebut janganlah menjadi penyebab kehancuran bahasa Indonesia. Pengutamaan penggunaan bahasa negara harus dilakukan agar bangsa lain dapat melihat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat. Jika generasi mudanya lebih suka menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasanya sendiri, orang asing dapat menilai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mudah dipengaruhi dan dihancurkan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × 4 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Scroll to Top