Mutu Pendidikan dan Kecakapan Literasi Baca-Tulis
Nita Handayani Hasan
(Kantor Bahasa Maluku)
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar belum mampu berdiri sejajar di antara bangsa-bangsa maju. Hal tersebut tercermin dari minimnya jumlah sumber daya manusia yang kompeten, dan berprestasi di tingkat internasional. Mayoritas sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa Indonesia dinilai belum mampu berkiprah dan berpartisipasi pada forum-forum tingkat dunia.
Pelajar-pelajar yang berprestasi pada tingkat internasional hanyalah segelintir orang Indonesia yang berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu bersaing dengan bangsa lain. Namun, keberadaan pelajar-pelajar berprestasi tersebut belum mampu mewakili potret keberhasilan sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Peningkatan mutu pendidikan yang ada di Indonesia harus melibatkan berbagai pihak. Pihak yang pertama yaitu pihak sekolah. Pihak sekolah berperan dalam memfasilitasi para siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pihak kedua yaitu guru. Guru-guru yang berkualitas baik diharapkan dapat mencetak siswa-siswa yang berkualitas. Kedalaman ilmu yang dimiliki guru akan memengaruhi pola berpikir siswa. Guru-guru yang kreatif dalam proses pembelajaran di kelas, mata pelajarannya akan lebih disenangi oleh sisiwa. Para siswa akan lebih bersemangat mengikuti pelajaran yang dijarkan oleh guru kreatif. Pihak ketiga yaitu keterlibatan sekolah. Pihak sekolah berperan dalam menyediakan bahan-bahan bacaan yang lengkap dalam perpustakaan. Jenis-jenis bahan bacaan yang bervariasi diharapkan mampu memperluas pengetahuan, dan membuka pola pikir para siswa. Pihak terahir yang berperan dalam peningkatan kualitas Pendidikan nasional yaitu pihak keluarga. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di rumah akan sangat memengaruhi dalam hal pola belajar dan tingkah laku siswa di sekolah. Orang tua yang memberikan perhatian khusus bagi pendidikan anak-anaknya, akan mencetak anak-anak yang kritis dan berprestasi.
Minimnya mutu pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari minimnya minat siswa dalam berliterasi. Literasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti kemampuan menulis dan membaca; pengetahuan atau ketrampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; dan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa literasi merupakan hal yang penting. Kualitas hidup seseorang akan semakin bertambah dan meningkat dengan berlterasi. Peningkatan minat siswa dalam berliterasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional harus diubah agar bangsa Indonesia dapat menunjukan perannya di tengah globalisasi dan regionalisasi pada abad ke-21. Terdapat tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengubahan sistem Pendidikan, yaitu literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter. Bentuk-bentuk literasi dasar yaitu literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Kompetensi yang harus dilatih demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, yaitu berpikir kritis untuk memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Sedangkan karakter yang religious, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas merupakan karakter utama yang harus dimiliki peserta didik dalam sistem pendidikan yang baru.
Litersi baca-tulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Membaca merupakan aktivitas utama dalam kehidupan manusia. Segala bidang ilmu dapat dipelajari dengan mudah lewat membaca. Membaca juga sangat diperlukan dalam aktivitas sehari-hari. Membaca dapat meningkatkan minat terhadap hal-hal baru. Semakin beragam jenis bacaan yang dibaca, maka semakin memperluas pandangan dan membuka lebih banyak pilihan baik dalam hidup.
Kebiasaan membaca buku belum menjadi budaya bagi siswa. Saat ini, siswa lebih senang menonton televisi dan bermain gawai. Biasanya siswa-siswa hanya memiliki satu buku mata pelajaran sebagai sumber pengetahuan. Buku bacaan penunjang lainnya belum dijadikan sumber tambahan dalam memperkaya pengetahuan. Pembiasaan membaca buku harus terus menerus dirangsang oleh pihak sekolah dan keluarga. Membaca merupakan bentuk literasi dasar yang harus dimiliki siswa untuk mampu berpikir kritis. Siswa-siswa yang memiliki pengetahuan luas cenderung akan lebih berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
Selain rendahnya minat baca siswa, ketersediaan buku-buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa juga turut menjadi penyebab rendahnya literasi di Indonesia. Percetakan-percetakan yang ada saat ini lebih menyasar para pembaca yang haus terhadap informasi hiburan, dibandingkan para pelajar yang membutuhkan infomasi pengetahuan umum yang dapat meningkatkan pengetahuan dalam bidang keilmuan.
Selain membaca, menulis merupakan bentuk literasi dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Tulisan seseorang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kemampuan berbahasa dan penguasaan kosakata. Seseorang yang terbiasa membaca dan menulis akan mudah menuangkan ide dalam tulisan, menghasilkan tulisan-tulisan yang berkualitas, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Jika literasi baca-tulis telah dilaksanakan dengan baik, dampak pada mutu pendidikan nasional akan semakin terasa. Meningkatnya mutu sumber daya manusia di Indonesia bukanlah hal yang mustahil terlaksana. Pelaksanaan program literasi baca-tulis harus diimplementasikan secara utuh dan menyeluruh dengan melibatkan pihak sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Pihak sekolah harus terus-menerus merangsang minat baca siswa. Pola pengajaran yang mengedepankan teknik analisis kasus dapat diterapkan. Pola tersebut dapat mendorong siswa untuk terus memperbaharui pengetahuan terhadap seuatu permasalahan. Selain itu, guru juga harus bersikap terbuka pada setiap pertanyaan yang dilontarkan para siswa. Hal tersebut dapat menjadikan suasana belajar di kelas menjadi lebih hidup dan menarik bagi siswa.
Peran orang tua dalam meningkatkan literasi baca-tulis, yaitu menyediakan bahan-bahan bacaan bagi anak. Para orang tua juga harus memberikan contoh yang baik dalam literasi baca-tulis. Anak-anak sebaiknya diarahkan untuk mencintai buku dan diberi kebebasan dalam mendalami sebuah bidang yang disenangi.
Lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting dalam literasi baca-tulis. Penyediaan pojok-pojok baca di tempat-tempat umum dapat menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap gerakan literasi baca-tulis.
Adanya kolabarasi yang apik antara pihak sekolah, keluarga, dan lingkungan, serta masyarakat dalam pengembangan literasi baca-tulis, akan menjadikan sistem pendidikan nasional yang lebih baik. Hal tersebut juga akan berdampak pada peningkatan sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa maju di abad ke-21.